Kanvas Rem

Ketika teman-temannya sudah bisa beristirahat, menyantap menu makan siang masakan Jepang yang sangat menggoda, dan bahkan melipat komputer jinjing serta mengepak bahan-peralatan presentasi mereka, mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta itu masih saja kedatangan "tamu".

Satu kali Adhi harus menjawab keluhan tentang rem sepeda motor yang berdecit dan menjelaskan tentang kandungan logam dalam kanvas rem yang sangat mungkin membuat tromol aus apabila kekerasannya tidak di bawah besi cor. Itu pula sebabnya, jika kanvas terkena air, kanvas bisa berkarat.

Pada saat yang lain, ia berusaha meyakinkan bahwa kanvas rem ramuannya masih butuh penyempurnaan, dan ia sedang memburu satu komponen kunci yang bisa bikin ramuan kanvas rem buatannya ces pleng. Komponen yang dia sebut bisa merekatkan seluruh bahan alami yang digunakannya, semacam serat karung goni, itu bisa membuat sepeda motor langsung berhenti sekali rem.

"Saya sudah mencarinya sejak lama dan sudah saya dapatkan," kata Adhi sambil mengumbar senyum misterius.

Bukan cuma pada hal yang melambungkan keberhasilannya. Tak jarang pemuda 24 tahun bernama lengkap Darsono Adhi Suryo, yang segera menyandang gelar sarjana teknik pada Desember nanti, itu juga harus mengakui keterbatasannya membuat sebuah produksi massal dan mencari keuntungan bisnis. "Juri bilang, alat saya ini bisa dipatenkan dan saya diminta melakukan pengujian lanjut ke LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), tapi saya tak punya akses ke sana," katanya.

Begitulah, setelah pengumuman penganugerahan 10 pemuda berprestasi 2009 di Aula Wisma Karsa Pemuda di kantor Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, Kamis lalu, kanvas rem ramah lingkungan ciptaan Adhi mampu menyedot banyak perhatian. Adhi terpilih di antara kesepuluh pemuda itu (dari 20 finalis) dan berhak atas hadiah uang tunai sebesar Rp 15 juta.

Mereka, yang betah mengerubunginya lama-lama, bukan cuma pelajar atau sesama mahasiswa, tapi juga staf atau pengunjung umum. Yang pasti, mereka adalah pengendara sepeda motor. Seperti Djoko. Pria yang mengaku bekerja di bidang marketing itulah yang memiliki keluhan tromol cepat aus. "Tromol saya 'kena' dan harus ganti," katanya.

Bukan tanpa ujug-ujug Adhi membuat kanvas rem itu--sekaligus menemui masalah yang banyak dialami pengendara motor. Pemuda asal Karanganyar yang siap menikah dengan uang hadiah yang diterimanya itu mengawalinya dengan pengalaman bekerja sampingan sebagai salesman suku cadang sepeda motor di Solo pada awal 2008.

Saat itu ia menyadari bahwa kanvas-kanvas rem impor yang beredar di pasaran dibuat dari asbes, yang terkenal akan dampaknya yang buruk untuk kesehatan. "Kalau satu motor, kanvas yang akan habis terpakai itu mungkin tidak menjadi ancaman. Tapi kan ada jutaan sepeda motor," katanya sambil menambahkan, "Waktu itu saya berpikir, saya akan membunuh orang kalau menjual ini."

Adhi lalu sibuk mencari referensi, berkonsultasi, dan menyelami dunia maya untuk bisa meramu kanvas rem dari bahan alami. Di antara kesibukannya melayani "tamunya" pada Kamis lalu, Adhi menjelaskan bahwa karet nitrile (NBR) dan serbuk logam kuningan ada di antara bahan yang digunakannya. Ia juga mencoba bahan campuran dari serat karung goni, serat plastik, dan batok kelapa. Hasilnya, yang fiberglass lebih baik dalam hal perekatan.

Adhi mengerjakan risetnya itu menggunakan dana beasiswa dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional sebesar Rp 25 juta. Ia juga secara aktif melibatkan adik kelas dalam pembuatan mesin uji kanvas rem itu, sekaligus membantu mencarikan mereka topik skripsi.

Beberapa bagian, terutama pengujian, memang dilakukan Adhi berkonsultasi dengan dosen. Tapi secara keseluruhan, riset itu dikerjakannya sendiri--dan menghabiskan uang beasiswanya itu. Trial and error, itulah yang diusungnya. "Mirip-mirip Thomas Alfa Edison dulu," katanya.

Berbagai uji coba, seperti uji gesek, tekan, serta disemprot dengan air, oli, minyak rem, dan air laut diterapkan pada kanvas rem hasil cetakannya itu. Jika kanvas hancur atau kurang pakem, misalnya, Adhi akan mencoba ramuan lain. "Beberapa komponen sengaja tidak saya bawa ke sini," katanya bermain rahasia.

Hasil akhir, seperti yang dipersentasikan dia dalam ajang Festival dan Apresiasi Pemuda Berprestasi, yang digelar Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga bekerja sama dengan Annida Online, Adhi mengaku, "Masih belum maksimal." Berdasarkan uji kualitatif ketika sudah terpasang di roda dan dibuat berkendara, pengereman belum setajam dibandingkan dengan kinerja kanvas rem standar.

"Ibaratnya, kalau menggunakan kanvas rem biasa, motor bisa langsung berhenti. Tapi dengan ini, sudah direm, motor masih melaju sampai beberapa meter," ucapnya

Sumber : korantempo.com
0 Responses